Jakarta di Dorong Menjadi Percontohan Pengembangan PLTS

Jakarta di Dorong Menjadi Percontohan Pengembangan PLTS

Jakarta di Dorong Menjadi Percontohan Pengembangan PLTS – Perkembangan sistem tata surya atap (PLTS) mengalami lompatan yang signifikan. Pemerintah menyatakan terus mendukung proyek tersebut dengan berbagai strategi.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pembangunan PLTS rooftop telah menjangkau 4.399 pelanggan dengan kapasitas 42,39 megawatt Puncak (MWp) hingga Oktober 2021.

Jakarta di Dorong Menjadi Percontohan Pengembangan PLTS

Jakarta di Dorong Menjadi Percontohan Pengembangan PLTS

energiasolaraldia – Pada periode Januari-September 2021, pengembangan PLTS Atap mencapai 17,88 MW. Sebagai perbandingan, realisasi kapasitas terpasang PLTS atap pada tahun 2020 hanya 13,4 MW.

Data Kementerian ESDM juga menunjukkan total kapasitas terpasang PLTS di Indonesia mencapai 194 MW pada September 2021. Jumlah tersebut sebenarnya masih jauh dari potensi yang ada, yakni 3.294 GW.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya menyatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) ) generasi di dalam negeri untuk memfasilitasi upaya pembangunannya.
“Potensi energi terbarukan yang kita miliki sudah lebih besar yaitu lebih dari 3.600 GW, terutama didukung oleh Energi surya ,” ujarnya pada Kamis (25/11/2021) di Asia Solar Forum, Indo EBTKE Conex 2021.

Dalam paparannya, Potensi yang disorot Energi surya tersebar luas di seluruh Indonesia. Tiga daerah yang berpotensi pengembangan PLTS adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 369,5 GWp, Riau sebesar 290,41 GWp, dan Sumatera Selatan sebesar 285,18 GWp.

Dari tahun ke tahun, kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 386 MW pada kuartal III 2021, didominasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 130 MW, mini hidroelektrik pembangkit listrik sebesar 71,26 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 55 MW, bioenergi 18,5 MW, dan PLTS rooftop 17,88 MW.
“Kami memandang segala upaya pengembangan potensi EBT perlu lebih ditingkatkan guna mencapai target 23 persen pada tahun 2025,” ujarnya.

Di sisi lain, pemerintah menargetkan tiga strategi dalam pengembangan PLTS. Pertama, target kapasitas terpasang batas PLTS adalah 3,61 GW pada tahun 2025. Kedua, Pembangunan PLTS skala besar hingga 4,68 GW pada tahun 2030. Ketiga, Pembangunan kapal terapung PLTS hingga 26,65 GW di 271 lokasi.
“Salah satu upayanya adalah dengan memasarkan . Maka dari itu pemerintah menetapkan target dan juga menyiapkan pasar agar pembangunan bisa segera terlaksana,” jelasnya

DKI Jakarta didorong menjadi kota percontohan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya.
Salah satu SMKN di Dua puluh enam siswa asal Jakarta memaparkan alat elektronik yang dirakit siswa di sekolah di Rawamangun, Jakarta Timur,Rabu (27/11/2019). Alat elektronik ini menggunakan listrik dari energi matahari.

DKI Jakarta didorong menjadi kota percontohan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya. Energi terbarukan dari matahari dinilai potensial dan cocok dikembangkan di perkotaan yang minim ruang terbuka.

Aktivis iklim dan energi Indonesia Satrio Swanko Prillianto dari Greenpeace mengatakan sekitar 60 persen konsumsi energi di Indonesia masih menggunakan batu bara sebagai bahan baku energi. Faktanya, energi fosil diketahui berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.

“Kami mendorong Pemerintah DKI Jakarta untuk berkomitmen memperhatikan penggunaan energi terbarukan. Energi surya yang paling praktis dikembangkan di Jakarta yang minim ruang terbuka, Satrio,” kata Satrio dalam diskusi “Energi Surya untuk Sekolah di Jalan Menuju Solar City Jakarta” di Jakarta, Rabu (27/11/2019).

Pemerintah DKI dari sisi kebijakan diyakini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Komitmen tersebut muncul sejak permasalahan pencemaran udara di Jakarta muncul dan menjadi perhatian masyarakat.
Aktivis iklim dan energi dari Greenpeace Indonesia, Satrio Sndiko Prillianto

Arahan tersebut berupa Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara di Jakarta. Instruksi tersebut memuat ketentuan rencana pemasangan sistem tenaga surya atap (solar panel) di sekolah umum, fasilitas olah raga dan kesehatan, serta gedung pemerintahan.

Berdasarkan data Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), sebanyak 80 panel surya dipasang di sekolah negeri, sejumlah gedung pemerintah, dan fasilitas kesehatan pada tahun 2019. Kini terdapat rencana untuk memasang panel surya tambahan di 234 gedung sekolah pada tahun 2020.

Jika seluruh bangunan dilengkapi panel surya, maka potensi listrik yang dihasilkan diperkirakan mencapai 4,47 megawatt-peak (MWp) untuk panel surya dengan keluaran 2 kilowatt-peak (kWp).

“Potensi ini akan membantu pemerintah mengurangi belanja listrik.” Selain itu, sekolah juga mengonsumsi listrik lebih banyak pada siang hari sehingga bisa langsung digunakan,” kata Arya.

Daerah perkotaan
Arya berharap pemanfaatan tata surya terus digalakkan agar lebih dikenal dan diperhatikan oleh masyarakat. masyarakat, mengingat penggunaan panel surya di Indonesia selama ini terutama berdampak pada wilayah pinggiran kota yang belum tersambung dengan pasokan listrik PT PLN.
“Pemasangan panel surya di gedung-gedung pemerintah merupakan program percontohan.” “Harapannya, kota-kota lain di Indonesia akan menyusul,” kata Arya.

Pembangkit listrik tenaga surya dinilai cocok untuk dikembangkan di kawasan padat penduduk, terutama perkotaan. Pasalnya, panel surya tidak memerlukan lahan yang luas karena dipasang di atap kompleks perumahan.
Pemanfaatan energi surya juga diyakini dapat menghemat konsumsi listrik PT PLN. Panel surya menyerap radiasi matahari rata-rata 3 jam sehari.

Diasumsikan energi listrik yang dihasilkan panel surya dengan keluaran 2 kWp dikalikan 3 jam, sehingga menghasilkan listrik sebesar 2.214 kilowatt hour (kWh) per hari.

Panel surya pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Sengkol , Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29 Agustus 2019). Pemanfaatan PLTS Sengkol dan dua PLTS lainnya yakni PLTS Selong dan PLTS Pringgabaya di Lombok Timur yang masing-masing berkapasitas 5 megawatt merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menggalakkan penggunaan energi terbarukan bagi pembangkit listrik di Indonesia.

Total selama satu bulan, biaya yang dihemat dari konsumsi listrik kurang lebih Rp 3,2 juta per bulan. Diasumsikan listrik yang dihasilkan panel surya per hari adalah 2.214 kWh dikalikan tarif dasar listrik Rp 1.467,28 (batas daya 1.300 volt ampere), sehingga totalnya Rp 3,2 juta.